UPAYA PROGRAM KESEHATAN GIGI


Upaya Program Kesehatan Gigi Yang Dapat Mendukung Percepatan Pembangunan Kesehatan.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan angka kematian bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.0000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, umur harapan hidup (UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas 2007), dan 17,9% (Riskesdas 2010).

Isu Strategis Pembangunan Kesehatan 2016 :
1. Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak,
2. Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan,
3. Peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata,
4. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan,
5. Peningkatan ketersediaan , pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri, dan
6. Peningkatan Akses Pelayanan KB  Berkualitas yang Merata.

Sebagai Sarjana Sains Terapan dibidang Keperawatan Gigi hal yang bisa dilakukan agar Kesehatan gigi dapat mendukung percepatan pembangunan kesehatan sesuai dengan isu diatas salah satunya adalah dengan peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata. Untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, Poltekkes Kemenkes Semarang telah mengadakan program pada Hari Kesehatan Nasional. Perawat gigi diharuskan memiliki kompetensi yang mumpuni dan bekerja sesuai dengan kode etik dan undang – undang kesehatan. Jumlah dokter di Indonesia saat ini sebenarnya sudah mencukupi. Perbandingannya 1:2500, artinya satu orang dokter mampu melayani minimal 2.500 pasien. Akan tetapi, permasalahannya adalah jumlah dokter di Indonesia belum merata. Jumlah dokter di kota besar dan di daerah tidak seimbang. Begitu juga dengan perawat gigi, belum semua puskesmas mempunyai perawat gigi atau hanya mempunyai 1 perawat gigi yang mana kebutuhan masyarakat akan kesehatan gigi semakin banyak.
Sesuai dengan permasalahan tersebut Sebagai Sarjana Sains Terapan Keperawatan Gigi, UKGS Inovatis adalah salah satu cara untuk membantu pembangunan kesehatan. UKGS Inovatif adalah  suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi semua murid sekolah dasar dalam bentuk paket promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dandilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan.
UKGS Inovatif diperlukan karena penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan mereka. Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar. Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai pada kelompok usia anak dasar. Untuk pemerataan tenaga kesehatan UKGS Inovatif juga sangat diperlukan dan diharapkan ada pada setiap sekolah di Indonesia.

GOSOK GIGI MASAL di SD
Program UKGS Inovatif :
1.      Pemeriksaan & deteksi dini kejadian karies
2.      Penyuluhan tentang kesehatan gigi
3.      Deteksi faktor risiko karies gigi menggunakan aplikasi Donut Irene
4.      Gosok gigi massal/bersama-sama
5.      Deteksi plak setelah menggosok gigi
6.      Pembersihan karang gigi yang memerlukan
7.      Penambalan dengan fissure sealant/ART
8.      Surface protection
9.      Terapi Remineralisasi
10.    Proteksi eksternal dengan aplikasi mineral/fluoride
11.    Pencabutan gigi susu yang sudah goyang
12.    Produk-produk lain yang ditambahkan adalah hadiah bagi yang bebas karies.

Bagi sekolah:
1.     Terjaminnya ketersediaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid-muridnya.
2.     Berkurangnya absensi murid karena:
  - Murid menjadi lebih sehat
  - Waktu tempuh ke tempat pelayanan menjadi berkurang
  - Waktu tuggu di tempat pelayanan berkurang atau tidak ada
3.     Pengetahuan dan kesadaran murid dan guru akan kesehatan bertambah
4.     Daya tarik sekolah bagi calon murid atau orang tua murid karena adanya tambahan fasilitas kesehatan gigi yang terjamin.

Bagi dokter gigi dan perawat gigi:
1.   Peluang untuk mendapat pekerjaan dengan penghasilan minimum yang terjamin
2.   Peluang meningkatkan ketrampilan klinik dan menejerial karena jumlah kasus yang di tangani cukup banyak.
3.   Tidak terturup kesempatan untuk pengembangan karier (pengembangan usaha atau cakupan pelayanan dapat ditambah).

MAKANAN YANG BAIK DAN BURUK BAGI KESEHATAN GIGI


Makanan Yang Baik dan Buruk Untuk Kesehatan Gigi


Sumber gambar
Sikat gigi dua kali sehari, flossing, serta menggunakan mouthwash untuk berkumur adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menjaga agar gigi tetap sehat. Tapi selain hal-hal ini, rahasia kesehatan gigi Anda juga terletak pada makanan yang Anda konsumsi setiap harinya.

·           Makanan yang Baik Bagi Kesehatan Gigi

Ø    Susu dan telur
Susu dan kuning telur adalah sumber terbaik dari kalsium dan vitamin D. Tubuh Anda membutuhkan dosis tertentu vitamin D untuk menyerap kalsium, yang pada akhirnya akan bermanfaat untuk menguatkan tulang dan gigi.
Ø    Keju dan yoghurt
Makanan yang kaya akan kalsium dan fosfor dapat melindungi enamel gigi dan mengganti mineral dalam gigi. Keju rendah lemak dan plain yoghurt rendah lemak merupakan makanan sumber kalsium yang bisa Anda jadikan pilihan enak untuk menjaga kesehatan gigi Anda. Apalagi yoghurt juga kaya akan kasein, protein susu yang berperan membantu terbentuknya enamel gigi.
Ø Daging, ikan, dan tahu
Ketiga makanan ini kaya akan kandungan fosfor, mineral penting lain yang berperan menjaga enamel gigi.
Ø Brokoli, Bok Choy, dan Sayuran Hijau Lainnya
Anda vegetarian dan menghindari konsumsi daging dan sejenisnya? Tenang. Anda tetap bisa mendapatkan mineral penting untuk menjaga kesehatan gigi dengan mengonsumsi brokoli, bok choy, dan makanan berdaun hijau lainnya.
Ø Seledri, Wortel, dan Sayuran Renyah Lainnya
Sama halnya dengan bagian tubuh lainnya, gigi juga membutuhkan latihan agar tetap kuat dan tajam. Makanan-makanan yang renyah dan padat serta mengandung banyak air (yang butuh banyak kunyahan) sangat bagus untuk kesehatan gigi dan mulut sebab makanan-makanan ini dapat menstimulasi aliran air liur dan dapat membersihkan permukaan gigi Anda, membuatnya tampak lebih putih.
Ø   Apel
One apple a day keeps your doctor away. Pepatah ini sangat benar adanya. Sebab, sangat banyak manfaat yang diberikan apel untuk kesehatan Anda, termasuk kesehatan gigi.  Apel dan makanan tinggi serat lainnya bermanfaat untuk mengusir pergi plak yang menempel pada gigi Anda.

·           Makanan yang Buruk Bagi Kesehatan Gigi

Ø    Jeruk, Lemon, dan Anggur
Bukan sesuatu yang mengejutkan jika buah-buahan sumber vitamin C ini kaya akan asam sitrat yang merupakan penyebab nomor 1 terjadinya erosi pada enamel gigi serta kerusakan pada gigi.
Ø Acar
Apa yang terjadi ketika Anda mencampurkan sayur-sayuran dengan cuka? Jika Anda menebak acar merupakan mimpi buruk bagi kesehatan gigi, you're right. Acar memang sangat lezat untuk dijadikan condiment bagi makanan-makanan tertentu seperti nasi goreng, pangsit dan lain-lain. Sayangnya, perpaduan antara asam cuka dan gula merupakan resep sempurna yang menimbulkan erosi pada enamel gigi.
Ø    Kopi
Bukan hal yang mengejutkan bahwa minuman yang menjadi adiktif bagi sebagian besar orang ini merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah pada gigi. Selain meninggalkan bekas pada gigi dan membuat gigi menjadi kuning, asam tannic yang terkandung dalam kopi (dan beberapa jenis teh) juga menjadi penyebab rusaknya lapisan enamel gigi.
Ø    Permen
Sebagian besar ibu tidak mengijinkan buah hati mereka mengonsumsi permen dalam jumlah yang banyak dan frekuensi yang terlalu sering karena tidak ingin gigi buah hati mereka rusak. Ya betul!! Mengonsumsi terlalu banyak gula yang terkandung permen dapat menyebabkan kerusakan pada gigi seperti gigi berlubang.


Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas

Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu dari jenis layanan di  Puskesmas yang memberikan pelayanan dalam gedung berupa pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut , pengobatan dan pemberian tindakan medis dasar kesehatan gigi dan mulut seperti penambalan gigi, pencabutan gigi dan pembersihan karang gigi. Selain itu juga dilakukan penyuluhan atau edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari menjaga kesehatan pribadi.
Upaya kesehatan gigi dan mulut yang ada di puskesmas meliputi :
a.    Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM.
b.    Pelayanan asuhan pada kelompok rentan, meliputi : anak sekolah, kelompok ibu hamil, menyusui dan anak prasekolah.
c.    Pelayanan medik gigi dasar, meliputi : pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk, merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi kesasaran yang lebih mampu, memelihara kebersihan (hygiene klinik), memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan.
d.   Pencatatan dan pelaporan.
Program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas ada 2 yaitu ;
a.      Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam gedung puskesmas
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam gedung puskesmas (BP gigi) meliputi : pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, promotif, preventif, kuratif dan lain-lain.
b.      Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung puskesmas
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung meliputi :
1) Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
2) Posyandu / Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
3) Integritas : puskesmas keliling, puskesmas pembantu, bakti sosial
Sumber Rujukan :
Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen Medik, Jakarta, 1999.

Peran Perawat Gigi dalam Sterilisasi Alat di Klinik

SUMBER GAMBAR

A.
   Peran Perawat Gigi di Klinik
Agar pelayanan kesehatan gigi di praktek dekter gigi umum perseorangan berkualitas maka dokter gigi perlu bekerja sama dengan seorang perawat gigi. Perawat gigi mempunyai peran sangat penting dalam menjalankan sebuah perawatan gigi di klinik untuk membantu dokter gigi karena perawat gigi sudah dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam prosedur perawatan agar pelayanan dapat optimal dan memuaskan pasien.
Tugas tugas perawat gigi di klinik pelayanan dokter gigi :
1.    Tugas administrasi   
a)     Menerima pasien dengan ramah
b)     Mengelola rekam medik pasien
c)     Menerima pendaftaran via telepon
2.   Tugas asistensi
a)     Membersihkan ruangan dan menyiapkan alat dan bahan yang ada
b)     Memanggil pasien menurut urutan nomor
c)     Mengasisten dokter gigi saat perawatan berlangsung
d)     Membereskan alat-alat setelah selesai perawatan
e)     Memberikan pelayanan komunikasi terapeutik
f)      Melaksanakan sterilisasi alat-alat
g)     Membersihkan ruangan setelah selesai digunakan
h)     Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik pasien.
Berdasarkan uraian diatas salah satu tugas seorang perawat adalah melakukan sterilisasi alat-alat kedokteran gigi, dikesempatan ini akan membahas tentang peran perawat dalam melakukan sterilisasi alat.
Ø  Alat Kesehatan Kedokteran Gigi yang Dapat Disterilkan :
·         Yang terbuat dari logam, misalnya : pinset, tang.
·         Yang terbuat dari kaca, misalnya tabung injeksi, piring petri, kaca mulut.
·         Yang terbuat dari karet, misalnya sarung tangan karet.
·         Yang terbuat dari ebonit, misalnya suction cannula.
·         Yang terbuat dari email, misalnya mangkok ginjal.
·         Yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, kapas tampon.
Ø  Syarat – Syarat Melakukan Sterilisasi :
1.    Sterilisasi harus dalam keadaan baik / berfungsi.’
2.    Sebelum dimasukkan ke dalam sterilisator, alat harus dicuci bersih.
3.    Bila alat tersebut harus dibungkus, maka etiketnya harus jelas (tertulis nama alat, tanggal dan jam dilakukan sterilisasi.)
4.    Menaruh alat di sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga setiap bagian alat dapat disterilkan.
5.    Perhatikan lamanya waktu yang diperlukan untuk mensterilkan masing – masing alat dan harus tepat benar (dihitung pada saat alat mulai disterilkan).
6.    Jangan memasukkan apa – apa lagi ke dalam sterilisator sebelum jangka aktu yang dintentukan habis.
7.    Setelah waktu sterilisasi selesai, sterilisator dibuka dan alat dipindahkan ke tempat penyimpanan yang juga steril, dengan memakai horen tang steril.
8.    Pada alat yang dibungkus, bungkusnya jangan dibuka dengan maksud untuk mendinginkan alat tersebut.
9.    Bila alat yang baru disterilkan itu terkontaminasi, harus disterilkan kembali.
Ø  Macam – Macam Sterilisasi
1.    Cara Kimia
a.    Larutan
Suatu proses mensterilkan alat-alat untuk membunuh kuman dengan cara merendam alat-alat tersebut dalam larutan kimia. Bahan yang sering dipergunakan adalah larutan Formalin 5% dan larutan Formaldehid 4%, larutan Glutardehid 2%. 
                           Keuntungan :
·         Waktu yang dibutuhkan relatif singkat
·         Sedikit karat pada logam baja
·         Bersifat bakterisid, sporosid, dan juga membunuh virus.
     Kerugian :
·           Alat-alat harus keadaan kering sebelum direndam
·           Tidak dapat digunakan untuk bahan cair,kain dan kapas
·           Beracun.
b.    Gas Eto
Membunuh semua bentuk mikroorganisme dengan menggunakan gas etilen oksida.
     Keuntungan :
·           Alat-alat dapat dbungkus dan diawasi
·           Dilaksanakam pada temperatur relatif rendah
·           Dapat mensterilkan bahan dari plastik, alat-alat yang dibungkus dan karet.
     Kerugian :
·           Membutuhkan waktu yang lama.
2.    Cara Fisik
o   Panas
a.    Flaming
Proses sterilisasi instrumen atau bahan dengan cara melewatkan di atas api spirtus 3 kali.
           Keuntungan :
·         Mudah
·         Murah
·         Dapat digunakan secara langsung
Kerugian :
·      Alat menjadi tumpul
·      Alat berubah warna menjadi hitam
·      Alat mudah rusak dan rapuh
b.    Boiling
Proses mensterilkan instrumen / alat-alat yang dilakukan dengan cara menggodok dalam air mendidih (100%) selama 15-30 menit dihitung setelah air mendidih, dengan menggunakan alat Boiling Desinfector.
     Keuntungan :
·      Alat yang digunakan sederhana
·      Mudah digunakan
·      Harganya murah.
     Kerugian :
·      Membutuhkan waktu relatif lama
·      Tidak dapat digunakan untuk bahan cair, kain, kapas dan bahan lain yang tidak tahan panas.
·      Dapat menimbulkan karat pada alat-alat yang terbuat dari logam.
c.    Dryheat (hawa panas)
Proses membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme dengan mengalirkan udara kering panas yang tinggi mempergunakan oven.
Keuntungan :
·      Dapat digunakan untuk sterilisasi bahan minyak dan bubuk.
·      Tidak menimbulkan karat.
     Kerugian :
·      Temperature tinggi dapat merusak beberapa sambungan pada alat-alat yang disterilkan.
·      Tidak dapat digunakan untuk plastik,karet, dan lilin.
·      Memerlukan waktu lama.
d.    Steam Under Pressure (autoklaf)
Proses membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme dengan menggunakan uap air disertai tekanan yang dilakukan dalam alat yang disebut Autoklaf.
Keuntungan :
·      Dapat digunakan untuk alat dari logam, kain, gelas, dan karet.
·      Alat-alat yang tergolong kritis dapat dibungkus
·      Mikroorganisme dapat dibasmi 100% steril
·      Kerusakan alat sedikit.
     Kerugian :
·     Kadang pada pembungkus tersisa uap air.
·    Tidak dapat digunakan untuk mensterilkan bahan minyak atau bubuk
·     Harga mahal.
Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
1)         Desinfektan :
a.    Aseptik/Asepsis
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
Tujuannya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b.    Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik).
c.    Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
2)         Sterilisasi :
Upaya  pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
a.    Dekontaminasi
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani perawat sebelum dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman.
b.    Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut.

Ø  Sterilisasi dan desinfeksi
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme sedang desinfeksi adalah proses yang membunuh atau menghilangkan mikroorganisme kecuali spora. Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat diterima.
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
·         Pembersihan sebelum sterilisasi.
·         Pembungkusan.
·         Proses sterilisasi.
·         Penyimpanan yang aseptik.
a.    Pembersihan sebelum sterilisasi
Dalam bidang kedokteran gigi pembersihan dapat dilakukan dengan :
a.    Pembersihan manual.
b.    Pembersihan dengan ultrasonik
Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah, dan saliva. Asisten dokter gigi yang membersihkan alat tersebut harus memakai sarung tangan heavy duty.Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman, efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang tertutup selama paling tidak 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.
     Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab :
·         Meningkatkan efisiensi pembersihan.
·         Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius.
·         Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam.
·         Mengurangi waktu kerja
b.    Pembungkusan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinis yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan memakai :
·  Nampan terbuka yang ditutup dengna kantung sterilisasi yang tembus pandang.
·   Nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi.
·  Bungkus secara individual dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli.
c.    Proses sterilisasi
Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode :
·       Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave).
·       Pemanasan kering (oven).
·       Uap bahan kimia (chemivlave).
Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi adalah gas etilen oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada pabrik alat-alat dari plastik) dan filtrasi (yang digunakan untuk mensterilkan obat suntik).
§     Pemanasan basah dengan tekanan tinggi
Siklus sterilisasi dari 134 derajat Celcius selama 3 menit pada 207 kPa untuk instrumen yang dibungkus maupun yang tidak dibungkus. (2) Cara kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien membunuh mikroorganisme dibandingkan dengna perebusan maupun pemanasan kering (oven). Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 121 derajat Celcius pada 15 psi selama 15 menit atau 132 derajat Celcius pada 30 psi selama 3-7 menit untuk mensterilkan instrumen yang tidak dibungkus, tambahkan 5 menit untuk instrumen yang dibungkus. Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik yang dapat menyalurkan (permeable) uap.
§      Pemanasan kering
Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160 derajat Celcius/ 170 derajat Celcius dan waktu yang lebih lama (2 jam/1 jam) untuk proses sterilisasi. (2) Menurut Nisengard dan Newman (1994) (1) suhu yang dipakai adalah 170 derajat Celcius selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalurkan panas adalah 190 derajat Celcius, sedang untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit.
§     Sterilisasi uap bahan kimia
Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kPa merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave (30 lawan 15-20 menit pada 138-176 kPa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang dikehendaki).
Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi karatan apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Bahan kimia yang dipakai adalah campuran dari alkohol, formaldehid, keton, aseton, dan air. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang kering. Namun instrumen harus diangin-anginkan untuk mengeluarkan uap susa bahan kimia.
Pembungkusan instrumen yang dianjurkan pada metoda ini adalah kain muslin, kertas, dan plastik yang “tembus” (permeable) uap atau nilon.
Ø  Penyimpanan dari alat-alat yang steril
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.



DAFTAR PUSTAKA

EA AdebergJawetz, J. Melnick, (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan
Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994
Hiranya Putri Megananda Mulyanti Sri,  (2011), Pengendalian Infeksi Silang di Klinik Gigi, EGC, Jakarta.
Astit Ika, Hartati Yanti, Nurhayati, Sukmasari Susi (1996), Penggunaan dan Pemeliharaan Alat- Alat Kesehatan Gigi, Depertemen Kesehatan Indonesia, Jakarta.
WR Ramadhani, Desember 2015, “Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pada Perawatan Periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK UNSRAT”, Volume 3 nomor 2, http://ejournal.unsrat.ac.id
R Primatita, Desember 2011, “Analisis Metode Kerja Sterilisasi Dalam Upaya Pencapaian Jaminan Steril”, Volume 94 nomor 6, http://jmc-mm.feb,unpad.ac.id
DH Lugito Manuel, April 2013, “Kontrol Infeksi dan Keselamatan Dalam Praktek Kedokteran Gigi” Volume 62 nomor 1, http://journal.pdgi.or.id